Cerpen Rumah Allah

Rumah Allah

Suara azan yang begitu lembut terdengar mengalun hingga menembus waktu. Kami, para umat islam yang sedang terlelap tidurpun seakan dibangunkan oleh suara azan dan seperti undangan bahwa kami sudah harus melaksanakan shalat subuh. Sebagai umat islam yang baik dan taat pada perintah-Nya, hendaknya tidak menunda-nunda kewajiban shalat lima waktu.

Kami pun bergegas mengambil air wudu dan akan pergi ke masjid untuk solat subuh berjamaah. Sesungguhnya segala puji bagi Allah subhanahu wata’aala, Dzat yang dengan nikmat-Nya kebaikan menjadi sempurna. Pahala shalat berjamaah di masjid sungguh luar biasa. Hal ini tertera jelas di dalam Al-Quran, seseorang yang melaksanakan shalat berjamaah akan mendapat pahala 27 derajat dibanding shalat sendiri.
Shalat subuh telah selesai, kami pulang ke rumah masing-masing dengan hati yang tenang dan damai. Shalat memang menenangkan hati dan pikiran semua umat islam. Setibanya di rumah masing-masing, ada yang akan bersiap-siap untuk sekolah, ke kantor, ke sawah, dan aktivitas yang lainnya.

Siang pun tiba ditandai dengan terik matahari yang begitu menyengat. Namun, semua itu seakan hilang karena melalui menara masjid terdenggar kumandang azan yang menyejukkan hati dan pikiran, serta menggetarkan hati kami. Kumandang azan itu kembali memanggil kami untuk segera melaksanakan salah satu shalat wajib lima waktu dan berhenti beraktivitas selain melaksanakan shalat.

Saat ini aku bingung harus kemana lagi aku mencari pekerjaan, sudah melamar di beberapa perusahaan tapi belum satupun aku mendapat panggilan. Usaha dan doa sudah aku lakukan, tawakal memang cara yang terahir. Ketika aku sedang duduk termenung di warung makan, aku mendengar suara azan. Ini sudah waktunya aku untuk shalat ashar. Meskipun badanku sedang lelah dan tak semangat untuk apa-apa, aku harus tetap melaksanakan shalat karena itu peintah-Nya dan dengan shalat aku bisa menceritakan masalah yang aku hadapi kepada-Nya. Allah tidak pernah tidur dan senantiasa membantu umatnya. Selesai aku shalat, aku memutuskan untuk pulang. Saat perjalanan pulang aku melihat seorang nenek yang sedang kesulitan saat ingin menyeberang jalan. Lalu aku turun dari kendaraanku dan membantu nenek itu menyeberang jalan. Sekilas aku teringat oleh nenekku yang sudah tiada.
Setelah selesai menyeberangkan nenek tadi, aku kembali meneruskan perjalanan pulang. Rumaku jauh dari tempat semula aku mencari pekerjaan, mataharipun perlahan-lahan sudah tenggelam sehingga saat aku sampai di rumah waktu shalat magrib sudah tiba. Aku segera mandi dan mengambil air wudu. Setiap orang tidak boleh menghakimi orang lain, seolah-olah imannya paling besar dibanding dengan yang lainnya. Hanya Allah lah yang berhak menilai. Aku pun tidak pernah mendengarkan omongan orang lain yang merendahkanku. Selesai mandi dan mengambil air wudu aku langsung pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat magrib dan mengaji sembari menunggu waktu shalat isya tiba.

Beberapa menit kemudian kumandang azan isya bergema berulang-ulang. Waktu untuk shalat isya telah tiba, segera aku akhiri mengajinya dan melaksanakan shalat isya. Bacaan surat di dalam Al-Quran aku lantunkan. Aku telah selesai shalat isya, aku berdoa dan dalam doaku, aku memaknai tentang suatu hal. Hal yang aku maknai adalah betapa pentingnya tiang agama. Jika orang tidak memiliki tiang agama yang baik, maka orang itu akan tersesat dan harus diketahui bahwa Allah ada dimana-mana.














Komentar

Postingan Populer